Kamis, 27 April 2017

ANALISIS PROPOSAL KEWIRAUSAHAAN BUDIDAYA JAMUR TIRAM “RAJA JAMUR”
                     


Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
KEWIRAUSAHAAN
Dosen pengampu : Dr. Drs. Sukirman. Pd. SH.MM
Disusun oleh :
Muhammad Afifulloh       (201511298)
Kelas: 4 D

PROGRAM STUDI MANAGEMENT
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS MURIA KUDUS
2016



KATA PENGANTAR
               Dunia usaha di indonesia akhir-akhir ini mulai menunjukkan adanya pertumbuhan positif. Kemajuan ini akibat dari upaya para pelaku usaha maupun pemerintah mengakomodasikan  sarana dan prasarana terutama dengan deregulasi yang banyak dilakukan. Pertumbuhan usaha juga di dorong oleh pengaruh globalisasi yang melanda dunia pada dasawarsa terakhir ini sehingga memaksa untuk melakukan usahan.
               Kemajuan bisnis perlu di imbangi dengan upaya peningkatan ketrampilan serta pengetahuan yang memadai bagi para pelaku uasaha atau para kader pelaku usaha agar berperan aktif dan tidak terjadi kesengajaan dengan pengusaha asing, selain itu pengusaha juga harus mengenal bentuk-bentuk dan praktik-praktik bisnis internasional. Tanpa melakukan perubahan bisnis pelaku usah anasional tidak akan mampu meraih potensi bisnis internasional yang diharapkan oleh pemerintah dan bangsa indonesia. Secara tidak langsung peningkatan usaha mampu mengangkat derajat pelaku bisnis nasional untuk duduk sedrajat dengan pelaku usaha internasional.











DAFTAR ISI

COVER ............................................................................................................................. i
KATA PENGANTAR ...................................................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................................................... iii
ABSTRAK ....................................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................ 1
1.1  Latar Belakang .................................................................................................. 1
BAB II LANDASAN TEORI .......................................................................................... 4
          2.1 Kewirausahaan .................................................................................................. 4
          2.2 Jiwa Wirausaha ................................................................................................. 8
          2.3 Resiko Usaha .................................................................................................... 15
BAB III ANALISIS USAHA BUDIDAYA JAMUR TIRAM ........................................ 26
          3.1 Karakteristik Wirausaha  Raja Jamur ............................................................... 26
          3.2 Analisis Lingkungan ......................................................................................... 27
          3.3 Analisis Menghadapi Resiko Usaha ................................................................. 28
BAB IV PENUTUP ......................................................................................................... 29
          Kesimpulan ............................................................................................................. 29
          Saran ....................................................................................................................... 29
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 30







ABSTRAK
               Kewirausahaan merupakan kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat dalam arti tingkat hidup yang lebih baik dan bermutu. Kewirausahaan sangat besar peranannya di dalam perkembangan pertumbuhan ekonomi. Peran kewirausahaan telah teruji dengan adanya krisis ekonomi yang melanda bangsa Indonesia. Kewirausahaan yang berbasis pada ekonomi rakyat ternyata mampu bertahan dalam situasi yang sulit. Untuk itu perguruan tinggi sebagai lembaga yang menjadi salah satu panutan masyarakat dapat mendorong budaya berwirausaha. Perguruan tinggi diharapkan juga mampu menciptakan wirausahawan-wirausahawan yang handal, sehingga mampu meberi dorongan niat masyarakat khususnya mahasiswa untuk berwirausaha. Berdasarkan latar belakang tersebut maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh karakteristik kewirausahaan, motivasi berprestasi dan self efficacy terhadap keinginan berwirausah. Pengumpulan data dilakukan dengan memberikan daftar pertanyaan atau kuisioner kepada responden. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah SEM. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa : Karakteristik Kewirausahaan berpengaruh positif signifikan terhadap Keinginan Berwirausaha.

                                                                                                Kudus, April,18,2017
                                                                                                Penyusun  







   BAB I
PENDAHULUAN
1.1       Latar Belakang
Kewirausahaan berasal dari kata wira dan usaha. Wira berarti pejuang, manusia unggul, teladan, berbudi luhur, gagah berani dan berwatak agung. Usaha adalah perbuatan amal, bekerja, dan berbuat sesuatu. Jadi wirausaha adalah pejuang atau pahlawan yang berbuat sesuatu.
Kewirausahaan merupakan kegiatan untuk meningkatkan  kesejahteraan rakyat dalam arti tingkat hidup yang lebih baik dan bermutu. Kewirausahaan sangat besar   peranannya di dalam perkembangan pertumbuhan  ekonomi. Oleh  karena  itu, peran  mahasiswa,  khususnya mahasiswa manajemen sangat besar maknanya bagi pengembangan ekonomi nasional. Dengan demikian seharusnya mahasiswa manajemen lebih memiliki  niat  untuk  menjalankan bisnis  dengan kemadirian  tinggi.
Peran kewirausahaan telah teruji dengan adanya krisis ekonomi yang  melanda  bangsa  Indonesia. Kewirausahaan  yang  berbasis  pada ekonomi rakyat ternyata mampu bertahan dalam situasi yang sulit. Untuk itu perguruan tinggi sebagai lembaga yang menjadi  salah satu panutan masyarakat dapat  mendorong  budaya  berwirausaha. Perguruan  tinggi diharapkan  juga  mampu  menciptakan  wirausahawan-wirausahawan  yang handal,  sehingga mampu meberi dorongan niat masyarakat khususnya mahasiswa untuk berwirausaha. Mahasiswa sebagai komponen masyarakat yang terdidik, sebagai harapan masyarakat dapat membuka lapangan kerja, dengan menumbuhkan niat berwirausaha.
Mahasiswa yang menekuni ilmu manajerial khususnya kewirausahaan, diharapkan memiliki jiwa wirausaha yang tinggi, sehingga hal ini akan mampu membuka lapangan kerja yang lebih luas. Dengan kondisi tersebut, maka perguruan tinggi negeri maupun swasta untuk mampu menyiapkan anak didiknya, khususnya jurusan manajemen untuk menjadi wirausaha yang unggul. Mahasiswa jurusan manajemen, supaya tidak mengantungkan kerja di orang lain, tetapi diperlukan keberanian untuk membuka usaha sendiri atau berwirausaha.
Kondisi seperti dijelaskan di atas, tentu menjadikan para mahasiswa berani  mengambul  keputusan  untuk berwirausaha.  Bagi  banyak  orang,  keputusan berwirausaha merupakan perilaku dengan keterlibatan tinggi (high  involvement)  karena  dalam mengambil keputusan akan melibatkan faktor internal seperti kepribadian, persepsi, motivasi, pembelajaran (sikap), faktor eksternal seperti keluarga, teman, tetangga dan lain sebagainya (norma subyektif). Kemudian mengukur kontrol keperilakuan yang dirasakan (perceived control behavior) yaitu suatu kondisi bahwa orang percaya tindakan itu mudah atau sulit untuk dilakukan dengan memahami berbagai risiko atau rintangan-rintangan yang ada apabila mengambil tindakan tersebut.
Di  samping  itu,  menurut  pengamat  aktivitas  kewirausahaan (Entrepreneurial activity) yang relatif masih rendah. Entrepreneurial activity diterjemahkan  sebagai  individu  aktif  dalam  memulai  bisnis  baru  dan dinyatakan dalam persen total penduduk aktif bekerja. Semakin rendah indek entrepreneurial activity maka semakin rendah level entrepreneurship suatu negara, dan dampaknya pada tingginya  pengangguran. Kondisi di  atas mengisaratkan betapa masalah pengangguran menjadi masalah yang sangat serius.
Beberapa pihak menyoal keberadaan lulusan perguruan tinggi saat ini (Siswoyo,  2009:  114). Menurut Hendarman, Direktur Kelembagaan Dikti Depdiknas   menyatakan ”data  pengangguran   terdidik   di   Indonesia menunjukkan bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang, semakin rendah kemandirian dan semangat kewirausahaannya.” Pemerhati kewirausahaan menyatakan bahwa sebagian besar lulusan Perguruan Tinggi adalah lebih sebagai pencari kerja (job seeker) daripada pencipta lapangan pekerjaan (job creator).  Hal  ini  disebabkan  sistem  pembelajaran  yang  diterapkan  di berbagai  perguruan  tinggi  saat  ini,  yang  umumnya  lebih terfokus pada ketepatan lulus dan kecepatan memperoleh pekerjaan, dan memarginalkan kesiapan   untuk   menciptakan   pekerjaan.   Ciputra (dalam   Direktorat Kelembagaan Dikti, 2009) menyatakan: ”Mahasiswa dari berbagai disiplin ilmu jangan hanya diajarkan bagaimana bisa bekerja dengan baik, tetapi dipacu untuk bisa menjadi pemilik dari usaha-usaha sesuai latar belakang ilmu mereka,”.
Pendidikan  harus  dijalankan  dengan  kreatif.  Pendidikan kewirausahaan harusnya membekali mahasiswa untuk mandiri dan tidak berorientasi menjadi pencari kerja ketika yang bersangkutan menyelesaikan studinya. Hal ini menurut  Sadino (2008) dalam  Siswoyo (2009: 115) mengatakan  sebagai dampak dari sistem pendidikan Indonesia yang kebanyakan masih menggunakan prinsip belajar untuk tahu, bukan untuk melakukan sesuatu.
Fenomena di atas seharusnya dapat dijadikan bahan pemikiran, bagaimana  agar  dapat menciptakan lapangan kerja baru yang dapat menampung karyawan, tidak  lagi berpikir untuk mempersiapkan diri menjadi calon karyawan yang mencari pekerjaan, terutama bagi individu yang terdidik, misalnya mahasiswa.
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas,maka penulis mengambil inisiatif untuk mengangkat judul yang berhubungan dengan Pengaruh Karakteristik Kewirausahaan,Motivasi Berprestasi Terhadap Keinginan Berwirausaha Mahasiswa.









BAB II
LANDASAN TEORI
2.1       KEWIRAUSAHAWAN
A.    Pendahuluan
Pengertian Wirausahawan (entrepreneur) diperoleh dari berbagai buku maupun kamus. Kurotku dan Hodgetts (2001) menyatakan bahwa entrepreneur berasal dari bahasa Perancis yaitu entrepreneur yang berarti mengambilo pekerjaan (to undertake). Konsep mengenai entrepreneur adalah sebagai berikut :
The entrepreneur is one who undertake to organize, manage, and assume the risk of a business.
Konsep ini memberikan arti bahwa usahawan merupakan seseorang yang bertindak membuat organisasi, mengelola dan menentukan risiko sebuah bisnis. Berdasarkan konsep tersebut, risiko yang terjadi dalam sebuah bisnis diambil oleh yang melakukan bisnis.
Zimmerer dan Scarborough (2005) memberikan konsep wirausahawan sebagai berikut :
An entrepreneur is one who creates a new business in the face of risk and uncertainty for the purpose of achieving profit and growth by identifying significant opportunities and assembling the necessary resources to capitalize on them.
Konsep tersebut menceritakan bahwa wirausahawan merupakan seseorang yang menghadapi risiko di masa mendatang dan bertujuan untuk mendapatkan profit dengan menggunakan seluruh sumber daya yang dimiliki sehingga mengalami peningkatan terhadap usaha.
Berdasarkan kedua konsep disebutkan bahwa entrepreneur merupakan tindakan sesorang yang berani menanggung risiko sebuah bisnis, adanya pertumbuhan bisnis, hasilnya akan meningkatkan kapitalisasi perusahaan. Enterpreneur mempunyai empat karakteristik yaitu :
1.      Menjalankan sebuah bisnis yang mempunyai kemungkinan menghasilkan keuntungan.
2.      Berani menanggung dan menerima risiko bisnis tersebut di masa-masa mendatang
3.      Bisnis yang sedang diotekunin akan mempunyai kesempatan bertumbuh, dan
4.      Perusahaan akan membuat inovasi dan terjadii kapitalisasi bisnis tersebut.
Berbagai pihak menyatakan bahwa entrepreneur dihubungkan dengan inovasi karena tindakan bisnis yang dihasilkan bisa unik dan mempunyai inovasi tinggi. Inovasi tersebut akan mengandung risiko pada hasil atau pada awal memulai bisnis.
B.     Risiko dan Karakteristik
Landau (1982) mengusulkan hubungan dari risiko yang dibawa (risk bearing) dengan karakteristik inovasi membuat sebuah dasar klarifikasi entrepreneur. Hubungan tersebut daopat diperhatikan pada tabel 1.1. Gambleur merupakan entrepreneur juga, tetapi selalu mempunyai karakteristikinovasi yang rendah dan risiko yang besar. Dreamer (pemimpi) adalah entrepreneur yang mempunyai inovasi tinggi, tetapi hanya menerima risiko yang rendah.
Tabel : 1.1
Enterpreneur Klasifikasi Landau

Gambler

Enterpreneur

Consolidator

Dreamer

High
Risk     Bearing

Low    
                                                              Low                             High
                                                                        Innovativeness

Consolidator adalah entrepreneur yang hanya bisa menerima risiko rendah dan karakteristik inovasi rendah. Enterpreneur adalah seseorang yang mempunyai karakteristik inovasi tinggi dan ridiko ysng dihadapi atau dibawanya juga tinggi.
Kuratko dan Hodgetts (2001) menyebutkan da 10 karakteristik dari entrepreneur yaitu :
1.      Enterpreneur adalah pelaku bukan pemikir.
2.      Enterpreneur dilahirkan, bukan dibuat atau diciptakan.
3.      Enterpreneur selalu menjadi penemu / pencipta sesuatu.
4.      Enterpreneur adalah akademisi dan tidak bisa menyesuaikan dalam masyarakat.
5.      Enterpreneur harus memenuhi the profile.
6.      Kebutuhan entrepreneur adalah uang.
7.      Kebutuhan entrepreneur adalah keberuntungan.
8.      Ketidaktahuan merupakan kebahagiaan bagi entrepreneur.
9.      Enterpreneur menginginkan keberhasilan tetapi pengalaman menyatakan tingkat kegagalan cukup tinggi.
10.  Enterpreneur adalah sangat pengambil risiko (gamblers).
Karakteristik ini sangat memberikan pandangan kepada semua pihak bahwa entrepreneur selalu membawa risiko dan inovasi. Kao (1991) menyebutkan terdapat 11 karakteristik entrepreneur yaitu :
1.      Total komitmen, penentu, dan melindungi
2.      Dorongan untuk mendapatkan dan bertumbuh
3.      Orientasi kepada kesempatan dan tujuan.
4.      Mempunyai inisiatif dan tanggung jawab personal.
5.      Pemecah persoalan secara terus menerus
6.      Memiliki realism dan dapat bercengkrama (hunor).
7.      Selalu mencari dan menggunakan umpan balik (feedback)
8.      Selalu berfokus pada internal
9.      Menghitung dan mencari risiko
10.  Kebutuhan yang kecil untuk status dan kekuasaan
Sukardi (1991) menemukan da Sembilan karakteristik tingkah laku wirausahawan yaitu :

1.      Sifat instrumental
2.      Sifat prestatif
3.      Sifat keluwesan bergaul
4.      Sifat kerja keras
5.      Sifat keyakinan diri
6.      Sifat pengambil risiko
7.      Sifat swakendali
8.      Sifat kemandirian
Berdasarkan karakteristik entrepreneur yang dikemukakan oleh ketiga ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa entrepreneur harus memiliki motivasi kerja keras., inovasi dan keinginan bertumbuh, serta pengambil risiko. Kondisi ini menunjukkan bahwa para enterpreneur menemui tekanan (stress) setiap inovasi yang dikerjakan. Tekanan tersebut bersumber dari berbagai kejadian., menurut Boyd dan Gumpert (1983) bahwa sumber tekanan dapat diidentifikasi dari empat penyebab yaitu : kesepian, terbenam dalam bisnis yang dikerjakan, persoalan-persoalan manusia (pegawai), dan kebutuhan akan keberhasilan atau tercapai.
C.    Mengatasi Tekanan
Mengantisipasi tekanan entrepreneur harus bisa berhasil, supaya dapat mencapai tujuan yang diinginkan. Kebiasaan mengatasi tekanan dilakukan para enterpreneur seperti melakukan meditasi, melemahkan otot dengan olahraga, mencari hiburan dan sebagainya. Terdapat lima persoalan yang perlu dikerjakan agar tekanan teratasi, yaitu :
1.      Menciptakan networking : kesepian yang dihadapi dilakukan dengan menciptakan hubungan baik dengan berbagai pihak sehingga mampu bercerita permaslahan yang dihadapi.
2.      Keluar dari persoalan secara total : pada saat tidak bekerja seperti hari libur atau akhir pekan entrepreneur melepaskan semua pekerjaan dan tidak menerima laporan sehingga kondisi tubuh dapat menciptakan kesegaran.
3.      Berkomunikasi dengan pekerja : entrepreneur mau membuka pintu dan berdiskusi dengan karyawan. Hubungan baik dengan karyawan akan membantu entrepreneur dalam menghadapi persoalan.
4.      Menciptakan kepuasan diluarperusahaan : entrepreneur dapat melakukan kegiatan diluar perusahaan untuk mendapatka kepuasan sehingga bisnis yang dikerjakan tidak menjadi persoalan.
5.      Pendelegasian : entrepreneur harus bisa mendelegasikan pekerjaan kepada karyawan dan tidak dikerjakan sendiri seluruhnya.
Seluruh uraian tersebut memberikan penjelasan tentang entrepreneur termasuk stresyang dihadapi. Inovasi dan risiko serta keinginan berkembang  merupakan karakteristik utama dari enterpreneur.
2.2       JIWA WIRAUSAHA
A.    Pendahuluan
Pelaku usaha merupakan individu yang berorientasi kepada tindakan, dan bermotivasi tinggi mengambil risiko dalam mengejar tujuan. Ciri dan profil wirausaha adalah sebagai berikut.
Tabel 2.1
Ciri dan Profil Wirausaha
Ciri-ciri
Watak
Percaya diri
Yakin, tidak tergantung, individualis, optimis.
Berorientasi pada tugas dan hasil
Butuh prestasi, orientasi laba, tekun dan tabah, kerja keras, dorongan kuat,energik, dan inisiatif.
Pengambil risiko
Mampu mengambil risiko, suka tantangan
Kepemimpinan
Sebagai pemimpin, mudah bergaul, menanggapi saran dan kritik.
Keorisinilan
Inovatif dan kreatif, fleksibel, banyak sumber, serba bisa, tahu banyak.
Berorientasi ke masa depan
Pandangan ke depan, perseptif

Jiwa tersebut perlu dimiliki dan dikembangkan jika ingin menjadi pelaku usaha yang baik. Seluruh sifat-sifat brlum tentu dimiliki, semakin banyak yang dimiliki, semakin besar kemungkinan menjadi wirausaha yang baik. Kebanyakan cirri jiwa wirausaha antara yang satuu dengan yang lain saling berhubungan. Contoh, individu mempunyai keyakinan untuk menerima tanggung jawab atas perbuatan-perbuatan, bersedia mengambil risiko dan menjadi pemimpin. Terdapat wirausaha yang tidak memenuhi kesembilan belas sifat jiwa wirausaha atau satu dari yang lain, ada yang sombong, terlalu ideal, bersifat hangat dan bersahabat, serta ada yang menarik diri dan pemalu. Pengukuran berdasarkan sifat pribadi dan ketrampilan, maka sebagai kelompok pelaku usaha, para wirausaha sangat berbeda dari yang bukan wirausaha.

B.     Idiologi Wirausaha
Keberhasilan pelaku usaha tergantung pada kesediaan untuk bertanggung jawab atas pekerjaan sendir, belajar tentang diri sendiri untuk mrncapai tujuan yang sesuai dengan keinginan dalam menjalani hidup. Kekuatan dating dari tindakan diri sendiri dan buakan dari orang lain. Risiko kegagalan selalu ada, pelaku usaha mengambil risiko dengan jalan menerima tanggung jawab atas tindakan sendiri. Kegagalan harus diterima pengalaman belajar. Wirausaha berhasil setelah mengalami kegagalan, berdasarkan dari pengalaman nmasa lampau membantu menyalurkan kegiatan-kegiatan untuk mencapai hasil-hasil yang lebih positif, dan keberhasilan merupakan buah dari usaha yang tidak mengenal lelah.
Capaian tujuan yang ebrhubungan dengan kemampuan dan ketrampilan. Terima diri sendiri, tekankan kekuatan-kekuatan serta kurangi kelemahan, jujur dan agresif dalam mengejar tujuan, dipastikan mencapai hasil yang positif. Berorientasi pada tujuan mendorong munculnya sifat muda yang paling baik. Lakukan hal yang penting dan mampu untuk dikerjakan.
Mencapai kesempurnaan merupakan sesuatu yang ideal dalam mengejar tujuan, tetapi bukan merupakan sasaran yang realistic bagi wirausaha pada umumnya. Hasil yang diterima lebih penting dari hasil yang sempurna. Berusaha mencapai suatu hasil secara sempurna untuk satu tujuan dalam jangka waktu yang terlalu lama hanya akan menghambat perkembangan dan pertumbuhan pribadi.

C.    Jati diri Wirausaha
Manusia adalah individu yang unik. Memiliki pengalaman masa lampau berbeda, hidup dalam situasi berlainan, mempunyai ikatan dan tanggung jawab berlainan, dan mempunyai tujuan hidup berlainan. Pengalaman seorang pelaku usaha cukup luas dan beragam serta dapat menentukan situasi kehidupan yang sekarang. Wirausaha saling meniru antara satu dengan lainnya, yang tuadsn identifikasi mendekati “model peranan” akan menghasilkan sikap dan ketrampilan lebih mumpuni.
Pekerjaan, kondisi keluarga keuangan serta factor-faktor lain menentukan sikap dalam melakukan usaha. Pelaku bisnis mempunyai berbagai kewajiban dan ikatan terhadap diri sendiri dan orang lain termasuk istri, keluarga, atasan atau karyawan, apabila ikatan dan kewajiban di luar pekerjaan terlalu banyak, akan menglamai kesulitanberkelakuan sebagai wirausaha. Merencanakan masa depan bersifat realistiuk dalam menentukan diri sendiri yang dapat dan tidak dapat diubah. Pengalaman masa lalu membantu memahami lebih baik situasi yang ada sekarang.
Wirausaha  mempunyai tujuan dan harapan tertentu, semakin jelas tujuan semakin besar kemungkinan tercapai, dan sadar akan cara-cara baru untuk mrningkatkan produktivitas diri sendiri. Kunci utama bagi keberhasilan adalah keterlibatan dalam pertumbuhan pribadi secara terus-menerus.
D.    Bisnis Di Tempat Kerja
Melakukan bisnis adalah suatu gaya hidup dan prinsip terytentu untuk mempengaruhi strategi karir. Berlakulah fleksibel, imajinatif, mampu merencanakan, mengambil risiko, mengambil keputusan dan tindakan untuk mencapai tujuan. Bersedia bekerja dalam keadaan konflik, perubahan, dan keragu-raguan. Berarti bahwa pelaku bisnis perlu menganalisis diri sendiri dalam hubungan dengan lingkungan tempat bekerja. Pelaku bisnis menyusun prioritas dalam sasaran- sasaran karir dan hasil yang diinginkan diharapkan berkaitan dengan tujuan yang dapat diukur dan berarti. Sasaran ini bersifat menantang, member motivasi kepada pelaku usaha untuk belajar dan berkembang dalam karir, pelaku usaha akan belajar paling baik, jika melakukan hal-hal yang menarik minat dan mempunyai ikatan dalam tujuan tertentu, menimbang sifat-sifat pribadi sesuai dengan pelaku usaha.
E.     Sikap Karir
Pelaku bisnis memiliki kemampuan tertentu yang dapat diterapkan pada sejumlah karir. Factor-faktor berikut mrmbantu para pelaku usaha dalam emngembangkan sikap kewirausahaan pada karir.
1.      Pilih karir yang memberikan pada pelaku usaha untuk mewujudkan diri secara kreatrif dan memunglkinkan pertumbuhan pribadi maupun profesi, tidak menganggap remeh kemampuan dan bakat diri sendiri.
2.      Apabila memulai karir, tindakan pelaku bisnis sebaiknya rnencontoh usahawan yang berhasil dalam bidang sejenis. Sekali mengerti teknik dalam mencapai sukses, gunakan untuk mengembangkan karir sendiri. Tidak dibenarkan menioru secara gelap, pusatkan perhatian pada aspek khusus dari pelaku usaha yang berhasil. Kembangkan sikap positif melalui kegiatan sehari-hari.
3.      Diperlukan pengetahuan sebanyak m ungkin tentang karir yang telah dipilih. Pengetahuan tersebut sangat membantu menjadi ahli dalam jenis pekerjaan tertentu.
4.      Tingkatkan kemampuan diri secara terus menerus, puas dengan prestasi masa lampau, pandang kedepan untuk menciptakan tujuan baru sebagai sumber perbaikan diri.
5.      Semua selalu berubah, berarti pelaku usaha mampu melakukan perubahan. Terima perubahan dan gunakan untuk memotifasi diri dalam mencapai tujuan atau sasaran yang lrbih tinggi.
6.      Berorientasikan pada tindakan, mampu mengambil keuntungan dari peluang-peluang karir baru yang mengantar kepada sukses masa depan.
7.      Memiliki kekuatan dan kelemahan diri, dari pada menghabiskan waktu untuk menghilangkan kelemahan, lebih baik bersandar dan gunakan kekuatan untuk mengatasi kelemahan. Terima kelemahan dan cari sumber daya lain untuk menyeimbangkan kekurangan.
8.      Susun kegiatan menjadi rutin agar mempunyai banyak waktu untuk berwurausaha, gunakan sedikit tenaga, untuk kegiatan non rutin menghendaki lebih banyak waktu dan tenaga. Keteraturan dan kerutinan dalam kehidupan sehari- hari , membuat pelaku bisnis mempunyai banyak waktu dan tenaga untuk kegiatan yang kreatif.
9.      Terimalah tanggung jawab sevara pribadi untuk mensukseskan suatu kegiatan dari suatgu keadaan.
10.  Mampu menggabungkan sifat pribadi dari individu yang bekerja untuk diri sendiri dalam upaya mencapai hasil maksimum. Keberhasilan akan ditentukan oleh prestasi para karyawan.
11.  Mempunyai keyakinan pada diri sendiri maupun karyawan, yakin akan kemampuan staf dan hasil yang dicapai.
12.  Penampilan diri mempengaruhi citra diri apabila tampil baik akan merasa baik juga. Penampilan menentukan positif atau negative reaksi orang lain dari diri sendiri. Pastikan penampilan menarik.
13.  Mengambil keputusan marupakan suatu cirri utama dari pelaku usaha yang berhasil. Keputusan diambil dari informasi dan fakta yang terbatas, jika situasi menghendaki agar mengambil keputusan, buat keputusan dan awasi keputusan itu untu diterapkan.
14.  Jalani hidup pada masa sekarang dan jangan boros waktu dengan menyesali kegagalan dimasa lampau. Pandang kedepan untuk memberikan pengalaman yang menguntungkan dan memuaskan.

F.     Sikap Mental
Pelaku usaha meiliki pandangan hidup sehat, merupakan individu-individu yang telah mengembangkan cara menilai pengalaman-pengalaman secara sehat. Saran berikut merupakan pengembangan sikap mental yang baik.
1.      Pelaku bisnis merupakan orang yang mengetahui bagaimana menemukan kepuasan dalam pekerjaan dan bangga akan prestasi. Tunjukkan sikap yang positif pada pekerjaan, karena sikap ini menentukankeberhasilan.
2.      Otak merupaka alat yang berdaya luar biasa menyediakan beberapa saat setiap hari untuk memikirkan sesuatu, memungkinkan terarah dan pada kegiatan-kegiatan yang berarti.
3.      Sebagian manusia membatasi pikiran pada problem dan kegiatan-kegiatan sehari-hari. Gunakan imajinasi untuk meluaskan pikiran dan coba berpikir yang besar-besar. Pelaku bisnis yang dapat melihat image besar adalah bersifat wirausaha dan merupakan calon pemimpin bisnis dan masyarakat.
4.      Humor ikut mengembangkan sikap mental yang sehat, terlalu serius dapat merugikan pekerjaan dan tidak sehat. Menunjukkan rasa humor perpengaruh pada orang lain dengan jalan menyebarkan optimism dan suasana yang santai.
5.      Pikiran harus terorientasi dengan baik dan mampu memusatkan pada berbagai permasalahan. Mampu memindahkan perhatian dari satu permasalahan ke permasalahan lain dengan upaya yang minim.

G.    Perilaku Positif
Perilsaku individu pada dasarnya membiarkan keadaan luar mengendalikan sikap, pelaku usaha menggunakan sikap untuk mengendalikan keadaan. Sikap positif memudahkan untuk memfokus pada kegiatan, kejadian, dan atas hasil yang diinginkan. Pengalam negative mempunyai segi yang positif. Bersikap secara positif terhadap semua peristiwa dan mencari hikmah dari pengalaman.
Sikap positif dapat dikembangkan dalam jangka waktu lama. Factor-faktor berikut berguna bagi pelaku usaha dalam mengembangkan sikap positif.
1.      Pusatkan perhatian dan gunakan pikiran secara produktif.
2.      Pilih sasaran positif dalam bekerja
3.      Bergaul dengan orang yang berpikir dan bertindak secara wirausaha. Cara berpikir dan cirri-ciri dari orang di sekitar berimbas pada diri sendiri.
4.      Jauhi pikiran dan ide negatif.
5.      Diri sendiri yang mengendalikan pikiran dan gunakan pikiran secara produktif.
6.      Selalu awas terhadap peluang-peluang untuk meningkatkan situasi, baik dalam kehidupan pribadi, kehidupan kerja maupun dalam kehidupan masyarakat.
7.      Tinggalkan satu ide jika tidak menghasilkan yang benar, lebih baik mengubah arah dari pada mengejar ide yang tidak akan berhasil secara memuaskan.
8.      Lingkungan mempengaruhi prestasi, apabila lingkungan tidak memenuhi kebutuhan diri wirausaha, ubah lingkungan atau pindah ke lingkungan lain yang lebih positif dan memungkinkan tercapai sasaran yang diinginkan.
9.      Percaya diri sendiri dan bakat, skses akan dating bagi orang yang percaya pada kemampuan diri sendiri dan menggunakan kemampuan sepenuhnya.
10.  Hilangkan beban mental dengan mengambil tindakan. Pusatkan pikiran pada problem tertentu. Sekali mencapai keputusan, ambil tindakan untuk memcahkan persoalan, usahakan konflik mental diselesaikan secepat mungkin.
Penelitian mutakhir menunjukkan bahwa cirri pokok dari wirausaha berhasil adalah kemampuan untuk mengambil keputusan dalam suasana stress. Mengelola dalam situasi stress. Mengelola dalam situasi stress yang teurs menerus menghendaki keadaan fidik dan mental baik. Paling utama dalam menangani stress meliputi : perhatikan dalam makan dan minum, tidur dan istirahat yang cukup, tidak merokok, memisahkan yang penting dari yang “mendesak” dan dari yang ‘lain-lain” dimana harus dibuat dan mnegutamakan menangani hal-hal yang penting dengan mengambil tindakan tidak berhenti pada rasa cemas. Siapkan rencana darurat untuk menangani apabila terjadi paling buruk, lebih baik, atau paling mungkin terjadi. Menghadapi stress, yang perlu diingat adalah menyediakan cukup waktu dan berusaha untuk bekerja sesuai dengan rencana.
H.    Kebiasaan dan Sikap
Perbuatan baik sulit diperoleh, tetapi sekali telah diperoleh merupakan harta yang paling utama. Eksekutif puncak telah menjadikan kebiasaan mulai bekerja pagi-pagi . bangun dua atau tiga jam lebih dini dari orang biasa merupakan sebuah cara untuk menjadi lebih produktif, ini menghendaki usaha besar, dan tidak menyenangkan. Apabila pelaku usaha dapat membentuk kebiasaan selama satu bulan setiap hari, akan menjadi kebiasaan. Menggunakan waktu dini secara produktif, membantu jika pada malam sebelumnya telah memutuskan bagaimana menggunakannya. Kondisi semacam ini akan membawa kebiasaan baik lainnya, merencanakan kegiatan penting hari berikutsebelum pergi tidur setiap malam.
            Setelah satu bulan ingin mempertahankankebiasaan yang baru diperoleh, kemungkinan besar bahwa kebiasaan itu yang baik dan memegang peranan penting dalam prestasi masa depan. Seandainya mengetahui bahwa diri sendiri yang bertanggung jawab atas tindakan-tindakan, seharusnya bersedia meninjau kembali kebiasaan-kebiasaan dalam hubungan dengan tujuan-tujuan masa depan. Kebiasaan baru perlu menggantikan kebiasaan lama agar ikut menunjang keberhasilan masa depan.
2.3       RISIKO USAHA
A.    Pendahuluan
Wirausaha menyukai risiko realistik karena ingin berhasil : mendapatkan kepuasan besar dalam melaksanakan tugas yang sukar tetapi realistic dengan menerapkan ketrampilan-ketrampilan yang dimiliki, sehingga risiko kecil dan risiko tinggi ndihindari karena sumber kepuasan tidak terdapat pada situasi itu. Berarti wirausaha menyukai tantangan yang sukar tetapi dapat dicapai.
Semakin bertambah besarnya perusahaan, maka bertambah banyak persoalan yang akan dihadapi. Pertumbuhan dan perkembangan perusahaan menghendaki bahwa pelaku usaha tidak takut mengambil keputusan dan bersedia menerima risiko tertentu. Sebagian pengusaha merasa takut mengambil risiko karena ingin amandan mengelak kegagalan, tetapi semua tahap pekerjaan mengandung risiko, dimana merupakanbagian dari kegiatan pelaku usaha. Wirausaha bekerja dibawah tekanan-tekanan dan kondisi pengambilan risiko dan harus mengerti bahwa kemungkinan gagal selalu ada.

B.     Kondisi Berisiko.
Kondisi berisiko terjadi apabila pelaku usaha supaya membuat pilihan dari dua alternative atau lebih, yang mengakibatkan hasilnya tidak diketahui dan harus dinilai secara obyektif. Kondisi semacam ini mengandung potensi kegagalan dan keberhasilan. Semakin besar kemungkinan rugi semakin besar risiko yang dihadapi. Sebagai penentu keputusan risiko pelaku usaha harus mengambil keputusan dalam situasi penuh ketidakpastian, dengan menimbang kemungkinan sukses atau rugi. Pelaku usaha dapat memilih alternative yang “mengandung risiko” atau alternative “konservatif”, tergantung dari :
1.      Kemampuan daya tarik setiap alternative
2.      Kesediaan menerima kerugian
3.      Kemampuan menerima keberhasilan dan kegagalan
4.      Kemampuan meningkatkan kebethasilan dan mengurangi kegagalan
Contoh :
Seorang karyawan mempunyai sebuah pekerjaan yang aman, dengan gaji Rp 35 juta per tahun dan mendapatkan peluang untuk promosi setiap empat tahun. Karyawan tersebut juga mendapatkan peluang untuk membeli sebuah perusahaan dengan masa depan yang tidak pasti, namun demikian gaji pemilik perusahaan sekarang adalah Rp 45 juta per tahun. Perusahaan tersebut bisa jadi berhasil terus, atau sebaliknya kan mengalami kegagalan dalam waktu dua atau tiga tahun yang akan datang. Pilihan karyawan berada pada posisi antara tetap tinggal pada pekerjaan yang aman sebagai karyawan dengan imbalan keuangan dan karir yang pasti akan dapat di prediksi atau mengambil ridiko dengan kemungkinan mendapatkan imbalan karir dan keunangan yang lebih tinggi.
Terdapat orang yang tidak suka mengambil risiko, apapun kemungkinan keberhasilan yang akan terjadi, lebih suka pada posisi aman.  Selain pada posisi itu nterdapat orang lain lebih “ bersemangat”, tidak puas dengan posisi sekarang dan mencari “peluang emas” supaya lebih cepat menjadi kaya. Orang-orang semacam ini cenderung dipengaruhi oleh berapa besar jumlah imbalanyang ditawarkan, tidak memperhatikan akan kesuksesan dan belum mempertimbangkan tingkat usaha yang dikehendaki. Tertarik pada keinginan hasil yang tinggi dengan usaha yang sedikit , akibatnya merupakan spekulan murni.
Penilaian kondisi seorang wirausaha berlainan sekali dengan kedua tipe orang di atas, walaupun wirausaha terdapat juga persamaan karakter. Perbedaan utama terletak pada penilaian kemungkinan sukses perusahaan, seorang wirausaha akan melakukan secara sistematik dan menyeluruh serta sampai sejauh mana upaya-upaya untuk dapat mempengaruhi kemungkinan kegagalan maupun keberhasilan, selanjutnya memutuskan akan membeli apabila upaya yang dilakukan dapat untuk meraih keberhasilan.
Faktor lain dari rancangan pelaku usaha terhadap kondisi pengambilan risiko adalah kesediaan menerima tanggung jawab pribadi atas akibat-akibat keputusan, baik yang menguntungkan maupun merugikan. Sedangkan bagi bukan pelaku usaha merasa keberatan menerima tanggung jawab atas keputusan-keputusan yang mengakibatkan kegagalan, dan menghubungkan peristiwa-peristiwa dalam kehidupan dengan nasib , seperti persaingan dengan perusahaan besar atau campur tangan pemerintah. Pelaku usaha semacam ini hanya mempertaruhkan semua, atau menolak semua situasi risiko karena merasa tidak dapat mempengaruhi hasil.
Ciri-ciri wirausaha saling berkaitan, terutama pada perilaku pengambilan risiko, beberapa kaitan itu antara lain :
1.      Pengambilan risiko berkaitan dengan kreativitas dan inovasi serta merupakan bagian penting dalam mengubah ide menjadi realitas.
2.      Pengambilan risiko berkaitan dengan kepercayaan pada diri sendiri. Semakin besar keyakinan pada kemampuan sendiri, semakin besar keyakinan akan kesanggupan untuk mempengaruhi hasil dari keputusan-keputusan, dan semakin besar kesediaan untuk mencoba pa yang dilihat orang lain sebagai risiko.
3.      Pengetahuan realistic mengenai kemampuan –kemampuan diri sendiri, realisme demikian membatasi kegiatan-kegiatan pada situasi yang dapat pengaruhi hasil. Semua perilaku pengambilan risiko tidak sesederhana dan seobyektif apa yang digambarkan tersebut. Terdapat unsur kegairahan seorang wirausaha terhadap ketidakpastian, dan ada dorongan untuk memastikan bahwa konsekuensin yang dihadapi penuh keberhasilan.

C.     Keputusan Risiko
Pengambilan keputusan risiko merupakan masalah yang paling utama dalam merealisasi potensi pada diri sendiri sebagai wirausaha. Pengalaman pengambilan risiko dalam hubungan pribadi dengan anak, istri dan tetangga akan membantu memperoleh pengalaman untuk menilai kemungkinan-kemungkinan pengambilan risiko seperlunya dan mengelakkan risiko yang kecil.
Pengambilan risiko dalam kehidupan melibatkan suatu kesadaran akan peristiwa-peristiwa masa lalu, perhatian untuk masa depan, dan keinginan untuk hidup di masa sekarang. Apabila tidak bersedia mengambil risiko, maka tidak akan pernah dapat mewujudkan bakat dan kemampuan. Pertumbuhan pribadi dan professional datang dari hidup di masa sekarang dan mengambil risiko yang perlu untuk mencapai tujuan-tujuan di masa yang akan datang.
Selaku pelaku usaha, harus sadar bahwa pertumbuhan datang dari pengambilan keutungan peluang-peluang masa sekarang dalam kehidupan pribadi maupun bisnis dan pengambilan risiko untuk mencapai tujuan. Beberapa risiko penting adalah yang membawa belajar mengenai sesuatu yang baru tentang diri sendiri. Situasi-situasi yang mengandung risiko pribadi harus menantang kemampuan, jangan meremehkan nilai diri sendiri, karena dimungkinkan mampu mencapai lebih banyak dari yang dicapai sekarang. Pengambilan risiko merupakan bagian penting dalam pertumbuhan pribadi, dan berguna dalam menjalankan kegiatan bisnis.
Menanggung risiko pribadi atas tindakan diri sendiri mengurangi ketergantungan pada orang lain. Wirausaha merupakan orang yang bertanggung jawab, karena mempunyai kekuatan dan kemampuan untuk meneentukan masa depan diri sendiri. Apabila orang lain menanggung risiko atas tindakan pribadi selaku pelaku usaha atas masa depan diri sendiri sangat lemah. Pribadi pelaku usaha tidak dapat hidup secara penuh karena tidak menanggung risiko atas perbuatan diri sendiri. Sesuatu yang salah dalam kehidupan diri sendiri, maka ini saat yang tepat untuk menggung risiko demi perbaikan, jika tidak maka situasi akan semakin buruk, dan permasalahan semakin sukar dipecahkan.
Risiko timbul saat seseorang menerima tanggung jawab atas keputusan dan tindakan yang dilakukan, dan atas keputusan-keputusan itulah maka bertanggung jawab mengatasi dengan keyakinan yang lebih besar untuk mengurangi risiko. Sulit memisahkan antara tujuan pribadi dengan tujuan bisnis karena perusahaan merupakan bagian dari hidup, jangan mengambil risiko yang lebih besar dari yang ditanggung, hal ini merupakan peringatan karena terdapat godaan untuk mempertaruhkan semua demi suatu gagasan.
Sebagai wirausaha jangan mengambil risiko yang tidak diperlukan, usahakan dapat menguasai emosi dan mengambil risiko jika keutungan sama atau lebih besar dari risiko yang terkandung. Kegiatan utama adalah memutuskan apakah tujuan itu cukup penting untuk dapat membenarkan risiko atau tidak. Kondisi tertentu wirausaha menggunakan intuisi dan menilai tindakan mana saja yang mengandung risiko. Institusi akan menentukan sejauh mana risiko dan hasil yang diperoleh. Factor-faktor yang dapat terwujud namun penting adalah bakat, kempuan dan pengalaman diri sendiri.
D.    Kembangkan Ide
Risiko dan kreativitas merupakan dua ciri penting wirausaha, berusaha lebih kreatif, menjadi lebih sadar akan ide yang produktif. Apabila dapat memilih dari sejumlah ide-ide yang baik, maka lebih siap mengambil risiko yang perlu untuk melaksanakan ide-ide yang paling produktif.
Semua orang kreatif, jika telah mengembangkan suatu ide yang kreatif, maka risiko tertentu akan menyertai pelaksanaan, dalam mengurangi risiko ditolaknya suatu ide, sran, berikut dapat membantu mengatasi :
1.      Utarakan ide kepada istri atau teman, lebih baik membicarakan suatu ide sebelum ditulis. Menerangkan suatu ide akan mengantar kepada suatu diskusi, akan menghasilkan suatu perbaikan. Setelah ide menjadi pasti baru ditulis. Masih terdapat kemungkinan terjadi perubahan sebelum mencapai bentuk akhir.
2.      Pilih tempat dan waktu untuk mengemukakan ide kepada orang lain, jangan mengusulkan ide kepada perusahaan sewaktu mengalami krisis. Organisasi berada dalam keadaan stabil sebelum ide dieperkenalkan. Ketepatan waktu sangat penting dalam mengemukakan suatu ide. Pilih waktu ketika orang lain paling terbuka terhadap sesuatu yang baru.
3.      Kemungkinan ide sedikit demi sedikit, pertama ajukan konsep total, seiring berjalannya waktu, dan semakin tertariknya orang pada ide, baru rinciannya dikemukakan.

E.     Tipe Pengambilan Risiko
            Pengambilan keputusan/risiko sedikit banyak dipengaruhi oleh orang lain, pengalaman lalu, situasi sekarang dan pengharapan-pengharapan masa depan, dalam bisnis dibutuhkan berbagai tipe pengambilan risiko. Organisasi tingkat bawah dibutuhkan pekerja yang terampil dalam melaksanakan perjalanan rutin, sehingga sedikit risiko. Sebagian besar pekerja masuk ke dalam pengambilan risiko tipe ini, karena perilaku dapat diramalkan dan membawa kestabilan organisasi.
            Tingkat manajemen menengah, terdapat kemungkinan lebih banyak untuk pengambilan risiko. Manajer tingkat menengah lebih banyak mendapat kebebasan untuk inovasi dan membuat perubahan kecil dalam prosedur dan fungsi-fungsi. Posisi ini dapat dianggap sebagai pengambil risiko, tetapi dampak atas keseluruhan organisasi harus minim. Pelaku usaha yang berada pada tingkat teratas, mempunyai kemampuan untuk merumuskan dan menerapkan ide-ide kreatif. Mengantisipasi keberhasilan dalam bisnis, wirausaha diharapkan mengambil risiko dalam mewujudkan ide-ide menjadi kenyataan.
            Wirausaha dapat dikatakan “praktis”, apabila organisasi tumbuh berdasarkan pengendalian dan pengarahan dari diri wirausaha sendiri. Wirausaha praktis berorientasi pada hasil dan mempunyai keyakinan akan ide-ide sehingga mampu menerima risiko demi terlaksananya ide. Sebaliknya pelaku usaha merasa lebih praktis dalam menyadari keterbatasan diri dan membatasi kegiatan sampai pada aktivitas yang mampu dilaksanakan.
            Pelaku usaha yang kreatid dan inovatif akan mengambil risiko yang sedang, bersedia menerima perubahan, mencoba alternative lain dan mengembangkan inovasi untuk barang dan jasa dalam bidang bisnis baru. Pelaku usaha semacam ini menjadi tokoh dalam dunia bisnis, mempunyai ide dan mampu menemukan kombinasi antara orang dan sumber daya lain untuk mewujudkan ide.
F.      Delegasikan Wewenang
Sebagai pelaku usaha, posisi pemimpin mempunyai arti dalam mengarahkan kegiatan-kegiatan orang lain dalam mencapai tujuan perusahaan, tetapi sebaliknya sebagai individu mempunyai kemampuan yang terbatas, oleh karena itu membutuhkan orang lain untuk mencapai tujuan organisasi pada posisi yang lebih tinggi. Pemimpin organisasi diharapkan bersedia memberikan wewenang dan tanggung jawab kepada staf untuk kegiatan-kegiatan tertentu.
Mendelegasikan wewenang dan tanggung jawab kepada orang lain mengandung risiko tertentu. Terdapat akibat-akibat negative maupun positif, berarti pemipin harus menanggung akibatnya. Pelaku usaha merupakan wirausaha yang berorientasi pada pertumbuhan harus mempunyai staf yang berorientasikan tindakan dan mampu menerima wewenang serta tanggung jawab.
Keuntungan maksimum agar dapat diperoleh, karyawan diberi wewenang dan kebebasan untuk melaksanakan tugas dari tanggung jawab. Pelaku usaha membutuhkan pertolongan orang lain, tetapi seseorang pemimpin tidak mempunyai waktu untuk memonitor kegiatan secara langsung, kepercayaan pada staf ditunjukkan oleh jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan yang mengarah pada penilaian usaha, setiap jawaban member petunjuk mengenai kesediaan mengambil risiko dalam mendelegasikan wewenang dan tanggung jawab kepada orang lain dalam organisasi. Pelaku usaha yang dapat mendelegasikan kegiatan kepada orang lain, mempunyai waktu untuk kegiatan yang lebih penting seperti perencanaan jangka panjang atau pengembangan produk-produk baru.
G.    Melaksanakan Perubahan
Setiap melakukan kegiatan harus dapat menentukan apakah ada risiko atau tidak, suatu risiko, kekuatan, posisi dan kewenangan akan mendapat tantangan. Jika diketahui terdapat risiko dalam bisnis, maka dibutuhkan kemampuan untuk menilai situasi secara realistic dan mecari pemecahan. Berani mengambil tindakan korektif yang diperlukan, walaupun mengandung risiko tertentu.
Suatu risiko jelas ada, maka diperlukan pengambilan keputusan atau justru tidak penting, apabila memutuskan mengambil risiko, maka segera melaksanakan segera rencana pasti dan mulai mengambil tindakan. Rencana-rencana alternative juga dirancang, karena apabila rencana utama tidak berhasil, maka alternative kemungkinan eksbilitas bila permasalahan berubah.
Suatu rencana sudah dicanangkan kemudian dilaksanakan, sehingga jika rencana dilaksanakan maka dapat mengatahui risiko yang terkandung. Umpan balik yang diterima tidak banyak, kekurangan umpan balik menciptakan keraguan-keraguan, setelah keputusan dilaksanakan, mempunyai ikatan penuh dengan keputusan sampai dengan masalah terpecahkan. Keyakinan dalam menangani persoalan sangat menentukan, jika yakin serangkaian tindakan akan memecahkan persoalan, maka tindakan tersebut menentukan hasil. Mempromosikan keputusan dan memperoleh dukungan orang lain mempengaruhi suksesnya keputusan.
            Kemampuan mengambil risiko pelaku usaha dipengaruhi oleh :
1.      Keyakinan diri,
2.      Kesediaan untuk menggunakan kemampuan sepenuhnya untuk mengubah keadaan.
3.      Kemampuan menilai situasi risiko secara realistis dan mengubah kesempatan/kemungkinan.
4.      Menghadapi situasi risiko menurut tujuan-tujuan yang telah ditentukan.
Tindakan mengambil risiko merupakan bagaian hakiki dari pelaku usaha, oleh karena itu perlu menetapkan sasaran yang tinggi untuk diri sendiri, kemudian menggunakan semua kemampuan dan bakat untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut, semakin tinggi tujuan, semakin besar risiko yang akan dihadapi.
H.    Evaluasi Risiko
Keberadaan data kuantitatif sangat membantu dalam melakukan evaluasi setiap risiko, menetapkan tujuan-tujuan dan dimungkinkan menggeneralisasikan kemajuan secara sistematuis. Melalui data kuantitatif, mampu mengukur hasil-hasil yang dicapai dalam hubungan dengan ide-ide yang telah digariskan. Pelaku usaha diharapkan mengetahui dengan cermat dan makna dari angka-angka tersebut. Data kuantitatif mendukung pengetahuan, latar belakang dan pengalaman dalam mengambil keputusan. Lakukan evaluasi kebutuhan sendiri sebelum memutuskan untuk mengambil risiko. Sebelum mengambil keputusan yang mengandung risiko perhatikan pertanyaan berikut :
1.      Apakah risiko sepadan dengan hasil ?
2.      Bagaimana risiko dapat dikurangi/dihindari ?
3.      Informasi apa yang diperlukan sebelum risiko yang diambil ?
4.      Sumber-sumber daya mana yang dapat membantu mengurangi risiko dan mencapai tujuan?
5.      Mengapa risiko ini penting?
6.      Apa yang menakutkan dalam mengambil risiko ?
7.      Apa pelaku usaha bersedia berusaha sekuat tenaga untuk mencapai tujuan ?
8.      Apa yang dapat dicapai dengan mengambil risiko ?
9.      Persiapan-persiapan apa yang perlu dibuat sebelum mengambil risiko ?
10.  Bagaimana dapat mengetahui secara kuantitatif bahwa tujuan telah tercapai ?
11.  Apa halangan-halangan terbesar dalam mencapai tujuan ?
Proses pemeriksaan diri penting dalam mengambil risiko. Daftar pertanyaan hanya contoh dari serangkaian pertanyaan yang harus dijawab sebelum menanggung risiko. Mengambil risiko sebelum mengajukan pertanyaan-pertanyaan nini dapat mengakibatkan kegagalan.
I.       Pengambilan Risiko
Perilaku mengambil risiko kewirausahaan makin diakui sebagai sesuatu yang penting bagi manajemen tingkat puncak. Terdapat beberapa perusahaan memiliki keinginan untuk maju memilih laki-laki atau wanita wirausaha yang berani mengambil risiko dan berinovasi, daripada manajemen yang bersifat meneruskan dari perusahaan yang sudah ada.
Pengambilan risiko merupakan gaya perilaku, dengan penuh peritungan, merupakan suatu ketrampilan yang dapat ditingkatkan. Prosedur untuk menganalisis sebuah risiko :
1.      Taksiran Risiko
Pertama manaksir ada tidaknya risiko : yaitu apa terdapat potensi rugi dalam memilih sebuah alternative. Missal, dihadapkan pada kebutuhan peningkatan produksi untuk memenuhi tambahan permintaan. Pilihannya adalah :
a.       Tetap pada tingkat permintaan sekarang ;
b.      Membeli peralatan lebih banyak untuk memenuhi permintaan; atau
c.       Menyewa peralatan untuk memenuhi permintaan; atau
d.      Mensubkontrakkan kepada produsen-produsen yang lebih kecil.
Apabila mempunyai arus kas baik, cadangan kas kuat, atau kemudahann kredit baik,  dan jika permintaan dapat dipastikan meningkat pada waktu yang akan datang, maka di sini terdapat sedikit risiko di dalam memutuskan salah satu dari alternative-alternatif, meskipun alternative pertama akan merupakan pilihan yang tidak bijaksana untuk diambil karena mengabaikan peluang peningkatan laba.
Keadaan lain, peningkatan permintaantidak dapat dipastikan. Misal : produk atau jasa bisa menjadi usang karena inovasi-inovasi dari pihak pesaing ; atau lebih banyak perusahaan yang masuk dalam bidang yang sama; atau pasar sedang mendekati titik jenuh. Lebih jauh lagi, bisnis tidak mampu menginvestasi jumlah yang dikehendaki karena tidak ada kepastian apakah modal akan kembali. Kondisi ini, terdapat berbagai derajat risiko, dan berkaitan dengan berbagai tingkat laba potensial (sukses) untuk berbagai alternative.
2.      Tujuan dan Sasaran
Langkah berikutnya adalah mempertimbangkan kebijakan-kebijakan dan sasaran-sasaran perusahaan. Sasaran sebuah perusahaan dirumuskan: mencapai pertumbuhan secara perlahan, mantap, atau tidak tumbuh atau pertumbuhan dalam bidang produk lain. Pelaku usaha berani memutuskan apakah risiko yang muncul itu taat azas dengan tujuan dan sasaran perusahaan, apakah taat azas, proses pengambilan keputusan diteruskan dan lakukan penaksiran alternative secara rinci.
3.      Teliti Alternatif
Contoh : pengambilan risiko tertentu (keputusan untuk meluaskan produksi) konsisten  dengan sasaran-sasaran perusahaan, maka langkah selanjutnya mengadakan survai berbagai alternatif. Alternative-alternatif ditentukan secara rinci sehingga semua biaya dapat sitelaah dengan obyektif. Sebagian besar biaya merupakan biaya financial. Tetapi jika ditinjau memungkinkan sebaiknya memperhitungkan “biaya pribadi”, social dan fisik. Misal: apakah sebuah alternative menyita usaha pribadi ? Apakah kegagalan akan menjatuhkan prestise social ?perlu menentukan biaya keuangan dan biaya-biaya lain untuk setiap alternative yang dapat dijalankan
.


4.      Kumpulan Informasi
Tahap selanjutnya mengumpulkan informasi secara intensif sehingga penaksiran setiap kemungkinan realistic dapat dibuat secara realistic. Ramalan pasar dibuat untuk setiap permintaan dalam berbagai kemungkinan kondisi yang dapat terjadi. Reaksi dari pesaing di taksir dan akibat dari reaksi diperhitungksn. Berbagai akibat sebaiknya ditelusuri dengan kesimpulan-kesimpulan logis.
a.       Apabila permintaan mendekati titik kejenuhan, apakah modifikasi, produk mendorong kenaikan permintaan di pasar baru.
b.      Apakah terdapat pasar-pasar baru jika kegiatan mengurangi bagian pasar yang sekarang ?
c.       Dapatkan peralatan mesin dimodifikasi dengan mudah untuk membuat produk-produk lain?
d.      Apakah ada kemungkinan para pembekal dan subkontraktor menaikkan harga-harga jika permintaan bertambah ?
Laba yang diperoleh perusahaan untuk setiap alternatif diukur atas dasar informasi pasar, ramalan-ramalan dari permintaan masa depan, penaksiran reaksi persaingan, dan berbagai ramalan lain termasuk perilaku dari yang terlibat dalam situasi ini, seperti perusahaan jasa keuangan atau produsen peralatan.
5.      Minimkan Risiko
Menentukan langkah berisikan penaksiran secara realistik tentang sejauh mana dapat mempengaruhi keadaan, mengandung unsur-unsur sebagi berikut :
a.       Kesadaran yang jelas tentang kemampuan dan kekuatan perusahaan
b.      Kreativitas dalam menentukan cara mengubah keadaan (demi keuntungan)
c.       Kemampuan merencanakan taktik dan strategi untuk mewujudkan perubahan
d.      Dorongan, energi dan antusias untuk melaksanakan strategi
6.      Rencanakan dan Laksanakan Alternatif
Sebuah alternatif telah dipilih, susun sebuah rencana untuk pelaksanaan. Rencana memuat jadwal, rumusan tujuan yang jelas, seperangkat rencana darurat untuk hasil yang akan terjadi dan proses umpan balik, sehingga perubahan- perubahan yang diperlukan dilaksanakan dengan segera.

BAB III
ANALISIS USAHA BUDIDAYA JAMUR TIRAM “RAJA JAMUR
3.1       Karakteristik Wirausaha Raja Jamur
Berdasarkan dari definisi dari wirausahawan atau entrepreneur, yang mana Konsep tersebut menceritakan bahwa wirausahawan merupakan seseorang yang menghadapi risiko di masa mendatang dan bertujuan untuk mendapatkan profit dengan menggunakan seluruh sumber daya yang dimiliki sehingga mengalami peningkatan terhadap usaha. Maka terdapat karakteristik dari intrepreneur pada usaha budidaya jamur tiram ”Raja Jamur” ini yang sesuai dengan teori kewirausahaan, karakteristik tersebut yaitu sebagai berikut:
1.      Menghasilkan keuntungan dan laba.
2.      Menerima segala resiko dan menangani secara efisien.
3.      Usaha dapat berkembang
4.      Usaha akan menambah inovasi
Berdasarkan karakteristik entrepreneur yang dikemukakan oleh ketiga ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa entrepreneur harus memiliki motivasi kerja keras, mempunyai jaringan (network), inovasi dan keinginan bertumbuh, serta mengambil resiko. Dan kondisi tersebut dapat menimbulkan tekanan (stress) bagi intrepreneur pada inovasi, risiko dan mambatan dalam usaha tersebut. Dalam mengatasi tekanan (stress) tersebut budi daya jamur tiram “Raja Jamur” melalui memperhatikan beberapa hal sebagai berikut:
1.      Menciptakan jaringan (networking)
Budi daya jamur tiram Raja Jamur ini telah membangun hubungan baik dengan beberapa pihak yang dalam bidangnya.
2.      Keluar dari persoalan secara total
Di perlukan istirahat darikegiatan rutin. Di budi daya jamur tiram Raja Jamur pemilik dan pegawai dapat sesekali keluar untuk jalan-jalan dan sebagainya pada waktu setelahmusim panen selesai, agar dapat menciptakan kesegaran pada pikiran dan tubuh.
3.      Berkomunikasi pada pekerja
Di budi daya jamur tiram Raja Jamur setiap harinya dapat berkomunikasi antara pegawai dengan menejer atau pemilik usah.
4.      Menciptakan kepuasan di luar usaha.
Kepuasan di luar usaha disini termasuk keinginan pribadi
3.2       Analisi Lingkungan
Melihat situasi kebutuhan jamur yang sangat tinggi yang belum diimbangi dengan produksi sesuai dengan kebutuhan pasar. Sepertinya, produk jamur ini akan laku keras di pasaran.
Selain itu, pembudidaya jamur dalam skala besar masih sedikit, kebanyakan hanya dalam skala rumah tangga, sehingga menjadikan bisnis ini memiliki peluang yang besar di pasar.
Untuk disekitar lokasi budidaya jamur sendiri, sedikit sekali bahkan bisa dikatakan tidak ada pebisnis yang memproduksi atau berbudidaya jamur ini. Sehingga tidak ada seorang atau para kompetitor dalam bisnis ini, maka prospek ke depan usaha ini sangatlah besar.
Akan tetapi,  jika merambah ketingkat provinsi atau bahkan tingkat nasional. Pebisnis jamur bisa dikatakan banyak, sehingga bisa dikatakan memiliki kompetitor yang cukup banyak. Tetapi, pebisnis jamur ini kebanyakan masih dalam tingkat produksi skala rumah tangga, dan untuk pebisnis yang memproduksi jamur dalam skala produksi besar masih sangat sedikit. Dari hal tersebut, peluang bisnis  ini memiliki peluang yang sangat besar untuk dikembangkan.



3.3       Analisis menghadapi resiko usaha
Dalam menganalisa analisis usaha menggunakan analisis SWOT untuk mengetahui apa saja yang menjadi faktor. Berikut merupakan analisis SWOT budi daya jamur tiram “Raja Jamur” sebagai berikut:
1.      Strengths (kekuatan)
·            Proses pembuatannya mudah dan sederhana
·            Harga jual lebih murah
·            Memanfaatkan internet sebagai media promosi
·            Kualitas produk terjamin
2.      Weaknesses (kelemahan)
·         Manejemen perusahaan masih sederhana
·         Masih banyak masyarakat yang tidak mengetahui kandungan gizi jamur
3.      Opportunities (peluang )
·         pertumbuhan pasar dimungkinkan meningkat
·         Peluang pasar untuk mendapatkan konsumen yang menjanjikan
·         Keterbukaan untuk menggunakan teknologi baru ke depannya untuk membuat kemajuan besar dibidang produksi khususnya.
4.      Threats (ancaman)
·         Munculnya banyak pesaing baru
·         Cuaca panas yang mengancam kualitas jamur.






BAB IV
PENUTUP
Simpulan
Keinginann berwirausaha memang sangat sulit untuk dijalankan oleh kebanyakan orang,khususnya para mahasiswa. Akan tetapi memberikan ilmu pengetahuan mengenai wirausaha sangatlah penting untuk diajarkan oleh para pendidik khususnya para dosen pengajar mata kuliah tersebut. Disatu pihak ini menjadi sebuah tantangan bagaimana caranya untuk menumbuhkan jiwa usaha terhadap orang banyak,namun dilain pihak ini menjadi sebuah keharusan bagi para pendidik untuk memperkenalkan,mengajarkan, dan memberikan ilmu pengetahuan mengani wrausaha dan bagaimana kita bisa terjun ke dunia tersebut dalam hal ini dunia usaha itu sendiri.
Saran
Sebagai mahasiswa,pengetahuan tentang kewirausahaan memang harus dimiliki, karena memang setiap mahasiswa memperoleh mata kuliah tentang kewirausahaan. Namun untuk menumbuhkan jiwa wirausahawan terhadap setip orang khususnya para mahasiswa memang sangat sulit, apa lagi bisa sampai terjun ke dunia tersebut yaitu dunia usaha. Dalam hal ini peran pendidik sangatlah penting untuk memperkenalkan bagaimana sebenarnya dunia usaha tersebut. Untuk itu, mengajarkan ilmu pengetahuan tentang wirausaha tidak hanya berdasarkan teori, akan tetapi harusnya lebih pada pengimplementasiannya. Karena setiap orang khususnya para mahasiswa memiliki cara pandang tersendiri mengenai hal bagaimana ia bisa terjun dan memerankan peran sebagai wirausahawan. 




DAFTAR PUSTAKA
Sukirman.2014.Pengembangan Kewirausahaan Melalui Peningkatan Kinerja Karyawan. Fakultas Ekonomi Universitas Muria Kudus: Kudus

  

1 komentar:

  1. El Yucateco Hotels & Casinos - Mapyro
    Compare reviews and 포천 출장샵 find the 문경 출장안마 best 부산광역 출장안마 El Yucateco Hotels & Casinos in San Diego, CA. See locations, 익산 출장샵 hours, directions, and reviews. 대전광역 출장샵

    BalasHapus

ANALISIS PROPOSAL KEWIRAUSAHAAN BUDIDAYA JAMUR TIRAM “RAJA JAMUR”                       Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah ...